Aneka Ragam Makalah

Makalah Kitab Sahih Al-Bukhari



Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya !
BAB I 
PENDAHULUAN

Kitab-kitab Hadis dalam bentuk subjek-subjek khusus atau minat tertentu telah muncul sejak abad pertama Hijrah. Kodifikasi-kodifikasi yang muncul berbeda-beda, baik secara kuantitas dan kualitasnya, sesuai dengan kapasitas masing-masing penyusunannya. Bahkan banyak pula karya-karya yang muncul pada paruh pertama abad kedua Hijrah.

Pada akhir abad kedua sampai abad keempat Hijrah perubahan terjadi dengan munculnya kitab-kitab Hadits yang hanya memuat Hadits Nabi dengan pengaturan sistematika tertentu. Pada periode inilah munculnya kitab-kitab Hadis yang dikenal dengan “Kutub al-Sittah”, yakni :

a. Ṡȃhih Al-Bukhari karya Imam Al-Bukhari (w.256H/870M)
b. Sahih Muslim karya Imam Muslim (w.261H/875M)
c. Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud (w.275H/888M),
d. Sunan at-Tirmizi karya Imam at-Tirmizi (w.279H/ 875M)
e. Sunan Ibn Majah karya Imam Ibn Majah (w.283H/896M) dan
f. Sunan al-Nasa’i karya Imam al-Nasa’i (w.303H/915M).

Abad ketiga hijriyah dinyatakan sebagai masa pemurnian dan penyempurnaan penulisan kitab-kitab hadis. Periode ini berlangsung sejak masa pemerintahan Khalifah al-Makmun (198-218 H) sampai kepada awal pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (295-320 H) dari Dinasti Abbasiyah. Pada periode ini para Ulama Hadis memusatkan perhatian mereka kepada pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian Hadis-hadis Nabi s.a.w. hal tersebut mereka lakukan, selain sebagai pemeliharaan terhadap Hadis Nabi, juga dalam rangka antisipasi terhadap kegiatan pemalsuan Hadis yang semakin marak pada masa itu.

Diantara kegiatan yang dilakukan oleh para Ulama Hadis dalam rangka pemeliharaan kemurnian Hadis Nabi s.a.w pada masa ini adalah: perlawatan ke daerah-daerah, pengklasifikasian Hadis kepada Marfu, Mawquf dan Maqthu’, serta penyeleksian kualitas hadis dan pengklasifikasiannya kepada Shahih, Hasan, dan Daíf.

Hasil dari usaha pemisahan Hadis Rasulullah dari fatwa Sahabat dan Tabiín saat itu adalah disusunnya kitab-kitab Hadis dalam corak baru yan disebut Kitab shahih, kitab Sunan, dan Kitab Musnad. Kitab shahih adalah kitab yang menghimpun Hadis-hadis Shahih saja, sedangkan yang tidak sahih tidak dimasukkan ke dalamnya dan bentuk penyusunannya adalah berbentuk mushannaf, yaitu penyajian berdasarkan bab-bab masalah tertentu sebagaimana metode-metode kitab fikih. Kitab Sunan adalah kitab yang memuat selain Hadis Sahih, juga didapati Hadis yang berkualitas daíf, namun dengan syarat tidak terlalu lemah dan tidak munkar. Sedangkan kitab Musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan nama perawi pertama, yaitu sahabat. Urutan nama perawi pertama itu ada berdasarkan urutan kabilah, seperti mendahulukan Bani Hasyim dari yang lainnya, ada yang menurut urutan waktu memeluk agama Islam, da nada yang menurut urutan lainnya, seperti urutan huruf hijaiyyah (abjad), atau lainnya. Pada umumnya di dalam kitab musnad ini tidak dijelaskan kualitas hadis-hadisnya.

Diantara kitab sahih adalah kitab yang disusun oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Sedangkan kitab sunan adalah Sunan Abu Dauwd, Sunan al-Turmudzi, Sunan Al-Nasaí, Sunan Ibn majah dan Sunan al-Darimi. Adapun yang termasuk kitab Musnad adalah kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, Musnad Abu al-Qasim al-Baghawi, dan Musnad Utsman ibn Abi Syaibah..

Pembahasan berikut secara khusus akan menguraikan tentang kitab Sahih susunan Imam al-Bukhari yang dinilai menduduki peringkat teratas dari sederetan kitab-kitab Hadis. Pembahasan ini diawali dengan pengungkapan riwayat hidup dan karya Imam Bukhari, nama lengkap kitab hadisnya, jumlah hadis yang menjadi hasil karyanya, penilaian ulama terhadap kitab-kitabnya, serta kitab-kitab syarahnya dengan sistematika pembahasannya.

Kutub as-Sittah merupakan kitab Hadis yang pokok bagi umat Islam di seluruh dunia. Di antara kitab-kitab hadits tersebut adalah Sahih Al-Bukhari yang dipandang dan diakui sebagai kitab yang paling utama dan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi oleh umat Islam. Oleh karenanya, sudah menjadi kesepakatan bahwa karya Imam Bukhari merupakan yang paling otentik dari semua kepustakaan mengenai hadist nabi. Keautentikan karya Imam Bukhari oleh para sarjana Islam diungkapkan dengan pernyataan,”Buku yang paling autentik setelah kitab Allah (Al-Qur’an) adalah Sahih al-Bukhari.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Bukhari

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah bin Badzdzibah al-Ju’fi. Ayahnya Syaikh Ismail terkenal dengan panggilan Abu Hasan adalah seorang ulama hadis yang masyhur di Bukhara yang pernah menjadi murid Imam Malik –Imam Darul HIijrah-. Ia juga salah satu sahabat dari Hammad bin Ziyad dan Ibnu Mubarak, tabi’in masyhur dan diterima riwayatnya di kalangan ulama hadis. Melihat pertemanan ayahnya ini, kita bias melihat bahwa al-BUkhari dibesarkan di dalam sebuah lingkungan keluarga yang relijius dan dipenuhi semangan keilmuan. Imam Ibnu Hibban mencantumkan biografi Syaikh Ismail dalam kitabnya Al-Tsiqat.

Silsilah keluarganya dimulai dari ayah buyutnya, Bardizbah atau Badzduzbah, yang berasal dari Persia dan hingga meninggal tetap menganut agama majusi. Tetapi cahaya Allah mulai menerangi keluarga ini saat ayah dari kakeknya Al-Mughirah menyatakan kesilamannya di sepan gurunya, Yaman al-Ju’fi, Hakim serta mufti Buhkara saat itu. Menurut kebiasaan, seorang suku atau kabilah, secara tidak langsung ia harus menisbahkan silsilah keluarganya kepada seseorang atau kabilah tersebut. Maka nama Al-Ju’fi tidak bias dihilangkan dari silsilah keluarga Imam Bukhari. Demikian dalam Islam, hal ini dikenal dengan istilah “wala”.

Selain ayahnya dikenal sebagai seorang berilmu, juga sebagai ahli wara’(menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat syubhat atau tidak jelas mengenai halal ataupun haramnya) dan menjaga ketaqwaan. Dikisahkan sebelum ajal menjemputnya, ia pernah mengatakan bahwa harta yang dimilikinya tidak ada sedikitpun yang berbau syubhat apalagi haram.

Tapi sayangnya, ayahnya meninggal sewaktu Imam al-BUkahri belum beranjak dewasa. Al-Bukhari dan adiknya termasuk beruntung karena ayahnya meninggalkan harta warisan yang cukup untuk kehidupan yang selanjutnya. Ibundanyalah yang akhirnya bertanggungjawab sebagai kepala keluarga. Tentang Ibunya, IBnu Hajar mengatkan, ibunda Imam al-Bukhari adalah seorang ahli ibadah (efeksionis) yang tekun hingga sebagian besar riwayat menjelaskan banyak terdapat karamah atau kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepadanya. Salah satunya adalah riwayat yang menceritakan sewaktu Imam al-Bukhari kecilm pernah mengalami kehilangan penglihatan atau buta. Dokter yang paling ahli pun tidak bias menyembuhkan hingga suatu malam ibunya bermimpi bertemu dengan nabi Ibrahim yang berkata padanya, “Wahai ibu, disebabkan oleh banyak doa dan tangismu, Allah akan mengembalikan penglihatan anakmu”. Selain itu, ketika shalat malam, Sang ibu tak lupa untuk memanjatkan doa untuk kesembuhan anaknya. Maka sewaktu paginya penglihatan Imam al-Bukhari kembali seperti semula.

Sejak ayahnya meninggal, pendidikan dan pertumbuhan Imam al-Bukhari sepenuhnya dibawah bimbingan ibunya. Segera ia dimasukkan ke surau (kuttab) untuk mempelajari berbagai macam ilmu keislaman dan terutama untuk mengahafal Alquran sebagaimana kebiasaan anak-anak kecil waktu itu. Disanalah ia mulai mengenal Hadis Nabi. Abu Hatim al-Warraq, seorang murid dan sekretarisnya mengatakan bahwa Imam al-Bukhari mengaku mulai mengenal hadis semasa surau ini dan umurnya waktu itu sekitar sepuluh tahun, sekitar 204 atau 205 H. Suatu fase dimana menurut ulama hadis seorang dibolehkan untuk mempelajari hadis Nabi sekaligus meriwayatkannya. Terlepas dari perselisihan akan ulama yang melarangnya.

Bukhari mulai mempelajari hadis ketika usianya kurang dari sepuluh tahun . Beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Bagdad, Bashrah, Kuffah, Makkah, Mesir, dan Syam. Meskipun usianya sangat muda, Bukhari memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Muhammad ibn Abi Hatim menyatakan bahwa ia pernah mendengar Bukhari menceritakan bahwa dia dapat ilham untuk mampu menghafal hadis. Ketika ditanya sejak usia berapa dia mendapat ilham tersebut, Bukhari menjawab sejak usia sepuluh tahun atau bahkan kurang.3

Kecerdasan Imam al-Bukhari tanda-tanda awal seorang ulama besar dalam diri al-Bukhari mulai bersinar. Suatu hari di sebuah majelis ilmu dimana Allamah ad-dakhili,sseorang ulama hadis di Bukhara mengajarkan hadis, al-Bukhari pun asyik mendengarkan dan tekun mengikuti majelis tersebut hingga ketika Allamah ad-Dakhili menyebutkan sebuah sanad hadis, Sufyan dari Abu Zubair dari Ibrahim, “Al-Bukhari berkata, “bahwa Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim. Sang guru pun gelisah daterkejut. Tapi Al-Bukhari dengan tenang berakata,”Cobalah anda teliti sanad aslinya”. Setelah ia meneliti sanad aslinya Al-Bukhari lah yang benar. Kata Sang guru, “Coba jelaskan sanad tadi menurutmu”. Yang benar adalah Zubair, yaitu Zubair bin ‘Adi bukan Abu Zubair dari Ibrahim. Ketika Imam al-Bukhari menceritakan kisah ini, seorang bertanya,”unur berapa engkau saat itu?”Jawabnya, “sebelas tahun”.

Dari sini terlihat Imam al-Bukhari telah awal sekali bergelut dan mencintai hadis. Tidak hanya berhenti disitu saja, ia juga mampu membedakan dan menghukumi manakah hadis yang sahih dari yang tidak, memeriksa dengan teliti sebuah jalur periwayatan, menyebutkan biografi para rawi dari berbagai segi terutama yang berkaitan dengan syarat-syarat diterimanya riwayat mereka, membandingkan berbagai jalur periwayatan, juga menyimpulkan masalah-masalah yang terkandung dalam sebuah matan hadis.

Selain Allamah ad-Dakhili, gutu-guru awalnya di Bukhara antara lain Muhammad bin Salam al-Baikandi, Abdullah Muhammad bin al-Musnadi, dan Ibrahim bin Asy’ab. Bersama para ulama ini, keilmuwan Imam al-Bukhari mengalami peningkatan sekaligus dating pula pengakuan dari para ulama dan teman sejawatnya akan keluasan pengetahuan hadisnya. Kadang mereka merasa minder dan khawatir jika dalam hal periwayatan suatu hadis dating teguran pembenaran dari Imam al-Bukhari. Tak jarang teman-teman sejawatnya meminta dirinya untuk menguji hafalan hadis dan membenarkan kesalahan dalam sebuah periwayatan. Ahkan gurunya sendiri, Muhammad bin Salam Al-Bukandi juga merasakan hal yang demikian. “Setiap kali Muhammad bin Ismail mengahadiri majleisku, pikiranku terasa tidak berkonsentrasi dan senantiasa khawatir jika dia banyak membenarkan penyampaian riwayat dariku”.

Sebelum kepergiannya keluar Bukhara untuk mencari ilmu, Salim bin Mujahid menceritakan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu hajar al-Asqalani : “Ketika aku di rumah Muhammad salam al-Baikandi, ia berkata padaku, cobalah carikan aku seorang anak kecil yang ke dengar telah menghafal 70.000 hadis”. Segera aku mencari anak kecil tersebut. Aku menemuinya dan kukatakan, “Apa benar engkau mengahafl 70.000 hadis? “Jawab Imam al-Bukhari, “Benar , bahkan lebih dari itu. Aku tidak akan menyebutkan riwayat hadis dari seorang sahabat atau tabi’in kecuali telah kuketahui asal sanad tersebut dan mengafalnya sebagaimana aku menghafal Alquran dan Sunnah Rasul-Nya.”Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ia mengatakan,”Aku hafal hadis di luar kepala sebanyak seratus ribu hadis sahih dan dua ratus ribu hadis lain yang tidak sahih.

Muhammad bin Salam al-Baikandi berkata pada Imam al-Bukhari “wahai al-Bukhari, sebelum engkau pergi meninggalkan Bukhara, tolong engkau periksa kitabku, apakah ada banyak kesalahan di dalamnya?”Seorang sahabatnya lalu bertanya,”apa kelebihan dari pemuda ini hingga engkau adalah yang termahir dalam bidang hadis di Bukhara ini?,”Al-Baikandi menjawab, “Pemuda ini tiada duanya”. Al-Bukhari pun segera memeriksa kitab gurunya itu lalu memulai perjalanannya. Ternyata tugas yang diberikan tersebut menjadi pertemuan terakhir sebelum gurunya meninggal dunia saat Al-Bukhari sedang dalam perjalanan mencari ilmunya.

Dan pada saat beliau berusia mencapai enam puluh dua tahun, beliau wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H atau pada tanggal 31 agustus 870 M. Sebelum wafat, beliau berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dan sorban. Jenazah beliau dikuburkan setelah zuhur di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand.25

Beliau telah menempuh perjalanan hidup yang panjang dihiasi amal mulia. Semoga Allah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepadanya.


B. Nama Lengkap Kitab Hadisnya

Dari sekian banyak karya Imam al-Bukhari, yang paling terkenal diantaranya adalah kitab Shahih al-Bukhari. Judul lengkap kitab tersebut adalah al-Jami’al-Musnad al-shahih al-Mukhtasar min imuur Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam wa Sunanihi wa ayyamihi. Atau kumpulam ringkasan hadis yang shahih dari perkara-perkara rasul, Sunnah, dan kehidupan kesehariannya.

Kitab tersebut disusunnya dalam waktu 16 tahun. Imam al-Bukhari mulai membuat kerangka penulisan kitab tersebut pada saat dia berada di Masjidil Haram, Mekah dan secara terus menerus dia menulis kitab tersebut sampai kepada draft terkhir yang dikerjakannya di masjid Nabawi di Madinah

DAFTAR TAFSIR KITAB SHAHIH AL-BUKHARI

NAMA KITAB
JUMLAH BAB
Bad'u Al-Wahyi (Permulaan Wahyu)
Al-Iman (Iman)
Al-'Ilm (Ilmu)
Al-Wudhu' (Wudhu)
Al-Ghusl (Mandi)
Al-Haidh (Haidh-menstruasi)
Al-Tayamum
Al-Shalat
Mawaqit Al-Shalat (waktu-waktu shalat)
Al-Adzan
Al-Jum'ah
Shalat Khauf (shalat dalam ketakutan)
Fi Al-'Idain (tentang dua hari raya)
Al-Witr (shalat witir)
Al-Istisqa' (meminta hujan)
AI-Kusuf (shalat gerhana)
Sujud AI-Qur’an (ketika membaca ayat sajdah)
Taqshiru Al-Shalat (Meringkas Shalat)
AI-Tahajud
Al-Shalat fil-Masjid Makkah wa  Al-Madinah
Al-'Amalu fi
Al-Sahw (sujud sahwi-lupa dalam shalat)
Al-Jana'iz (jenazah)
Az-Zakat
Al-Hajj
Al-Umrah
 Al-Muhshar (orang yang terkepung)
Jaza Al-Sa'id (Denda karena memburu binatang)
Fadha'il Madinah (Keutamaan Madinah)
Al-Shaum (puasa)
Shalat Al-Tarawih (shalat tarawih)
Fadha'il Lailah Al-Qadr (Lailatul Qadar)
Al-Itikaf (i'tikaf)
Al-Buyu' (jual beli)
Al-Salam (membayar dulu barang pesanan)
Al-Syufa (menyanggah perjualan kongsi)
Al-ljarah (sewa-menyewa)
Al-Hawalah (memindahkan hutang)
Al-Kafalah (pernberian janiinan)
Al-Wakalah (perwakilan)
AI-Hartsu waAl-Muzara'ah (bajak tanah-bagi hasil)
Al-Syurb (Menyiram tanaman orang-bagi hasil)
Al-Istiqradh wa Adau'Al-Duyun (hutang dan bayar)
AI-Khusumat (sengketa)
Al-Luqata (barang temuan)
AI-Mazhalim wa Al-Ghashab (penyerobotan)
Al-Syirkah (perkongsian)
Al-Rahn (gadai)
Al-'Itq (memerdekan budak)
Al-Mukatab (budak yang menebus dirinya)
Al-Hibah (hibah)
Al-Syahadat (saksi)
Al-Shulh (perdamaian)
Al-Syurut (syarat-syarat)
Al-Washayah (wasiat)
Al- Jihad wa Al-Siyar (jihad dan pertempuran)
Fardhu Al-Khumus (memberi seperlima)
Al-Jizyah (pajak untuk kaum dzimrni)
Bad'u AI-Khalq (permulaan penciptaan alam)
Al-Anbiya' (para nabi)
AI-Manaqib (biografi-biografi)
Fadha'il Ashab Al-Nabi (keutamaan sahabat)
Manaqib Al-Anshari (biografi kaum Anshar)
Al-Maghazi (peperangan)
Tafsir AI-Qur' an (tafsir Al-Qur" an)
Fadha'il AI-Qur" an (Keutamaan Al-Qur"an)
Al-Nikah (Nikah)
Al-Thalaq (cerai)
Al-Nafaqat (nafkah)
Al-Ath'irnah (makanan)
Al-'Aqiqah (aqiqah)
Al-Dzabaih wa Al-Shaidu wa Al-Tasmiyyah ala Al-
Shaidi (penyembelihan, buruan, dan membaca basmalah waktu akan menembak atau melepas
anjing buruan)
Al-Adhahi (menyembelih kurban)
Al-Asyribah (minuman)
Al-Mardha (orang sakit)
Al-Thibb (pengobatan)
Al-Libas (pakaian)
Al-Adab (moral-etika)
Al-Isti'dzan (meminta izin masuki rumah)
Al-Du'at (doa-doa)
Al-Riqaq (nasihat yang halus)
Al-Qadar (nasib-takdir)
Al-Aiman wa Al-Nudzur (sumpah-janji)
Al-Kaffarah (denda)
Al-Fara'idh (waris)
Al-Hudud (pidana)
Al-Diyat (ganti rugi karena membunuh)
Al-Ikrah (pemaksaan)
Istatabah Al-Murtaddin (taubatnya orang murtad)
Al-Hiyal (tipu muslihat)
Ta'bir Al-Rukyat (tafsir mimpi)
Al-Fitan (kekacauan)
Al-Ahkam (hukum)
Al-Tamanniy (harapan-cita)
Akhbar Al-Ahad (berita perorangan)
Al-I'tishamu bi Al-Kitab wa Al-Sunnah (berpegang
teguh pada sunnah)
Al-Tauhid (tauhid)      
6
42
53
75
29
30
 9
119
41
166
41
6
26
7
29
19
12
20
37
6
18
9
98
 78
15
 20
10
27
12
 69
1
5
 19
113
 8
3
22
 3
5
16
 21
17
20
10
12
35
16
6
20
 65
37
30
14
19
36
199
20
22
17
54
28
30
53
39
37
125
53
16
59
4
38

16


31
22
58
102
128
53
69
69
53
16
33
10
31
46
32
7
9
15
48
28
53
39
9
28
58


C. Jumlah Hadis Yang Diriwayatkan oleh Imam Bukhari

Dalam pelawatannya ke berbagai negeri dan berguru dengan para gurunya dari berbagai negeri tersebut, bukhari berhasil menghimpun hadis sebanyak 600.000 buah hadis, 300.000 buah diantaranya berhasil dihafalnya terdiri dari 200.000 hadis yang tidak sahih, dan 100.000 hadis sahih.

Sedangkan jumlah hadis dalam Sahih al-Bukhari, Al-Hafiz Abu Umar Utsman bin ash-Shalah (w.643 H) berkata,”jumlah hadis dalam Shahih al-Bukhari adalah 7275 hadis termasuk hadis-hadis yang diulang-ulang”. Diriwayatkan bahwa Shahih al-Bukhari berjumlah 4000 hadis tanpa pengulangan, hanya saja dalam ungkapan ini menurut mereka telah tercakup Atsar sahabat dan tabi’in, dan terkadang suatu hadis yang diriwayatkan dengan dua sanad dihitung dua hadis.

Penghitungan ulang dan ditenggarai lebih akurat dilakukan oleh Ibnu Hajar alAsqalani yang merupakan komentator terbaik al-Jami’m ash-Shahih. Ia menerapkan metode berbeda dari sebelimnya ketika ia menghitung hadis-hadis Shahih al-Bukhari , yaitu dengan melakukan perhitungan melalui perkitab. Pada setiap akhir kitabnya, ia menyampaikan jumlah hadis yang ada dalam kitab-kitab tersebut sehingga dinilai lebih akurat. Akhirnya ia menyimpulkan, jumlah keseluruhan hadis dalam Shahih al-Bukhari, termasuk yang diulang-ulang namun tidak termasuk hadis mu’allaq dan mutabi’sebanyak 7.397 buah. Hadis Mu’allaq sendiri dalam Shahih al-Bukhari sebanyak 1.341 buah. Namun dari jumlah ini yang benar-benar mu’allaq, maksudnya tidak ditemukan betul sanadnya hanya berjumlah sekitar 160 buah, dimana selebihnya hanya merupakan pengulangan yang bias ditemukan sanadnya pada tempat lain. Inilah jumlah dari hadis yang ada dalam Shahih al-Bukhari.


D. Penilaian Ulama Terhadap Kitab Sahih al-Bukhari

Telah menjadi kesepakatan ulama dan umat islam bahwa Kitab Sahih al-Bukhari adalah kitab yang paling otentik dan menduduki tempat terhoemat setelah Alquran. Ibn Shalah misalnya mengemukakan, kitab yang paling otentik sesudah Alquran adalah Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Pendapat ini diikuti dan dipopulerkan oleh Imam Nawawi dengan menambahkan bahwa para ulama telah ijma’dalam masalah ini, sementara umat Islam juga telah menerimanya. Sejalan dengan pendapat di atas, Subhi al-Shalih mengemukakan bahwa kitab Sahih al-Bukhari dan Shahih Muslim adalah kitab yang paling sahih sesudah Alquran, sesuai dengan kesepakatan umat. Sementara itu mayoritas ulama berpendapat, kitab Shahih Bukhari lebih otentik dari kitab Sahih Muslim. Akan tetapi, sebagian kecil dari ulama, seperti Abu Ali al-Naisaburi, Abu Muhammad ibn Hazm al-Zahiri dan sebagian ulama Maghribi mengunggulkan sahih Muslim daripada Sahih Bukhari. Alasan keunggulan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim umumnya adalah ada pada keunggulan pribadi Imam al-Bukhari daripada Imam Muslim, dan keketatan Bukhari dalam memilih perawi daripada Muslim. Sementara alas an keunggulan Sahih Muslim dan Sahih al-Bukhari lebih difokuskan kepada metode dan sistematika penyusunannya, dimana Sahih Muslim lebih baik dan lebih teratur sistematikanya dibandingkan dengan Sahih Bukhari.

Meskipun dinilai paling otentik setelah Alquran dan menduduki tempat terhormat, kitab Sahih al-Bukhari ternyata tidak luput dari kritik. Sahih al-bukhari mendapat kritik, baik dari segi sanad maupun matannya, baik dari kalangan ulama (muslim) sendiri dan juga orang luar islam (nonmuslim).

Diantara ulama Hadis masa lalu, seperti Dar Quthni dan Abu Ali al-Ghassani, menilai bahwa sebagian hadis-hadis Bukhari ada yang daíf. Dar Quthni dalam Al-Istidrakat wa al-Tatabbu’, mengkritik 200 buah Hadis dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Menurut Imam nawawi, kritik tersebut berawal dari tuduhan bahwa dalam Hadis-hadis tersebut, Bukhari tidak menepati dan memenuhi persyratan yang ia tetapkan. Kritik Daruquthni berdasarkan kriteria yang ditetapkan sejumlah ahli hadis yang justru dinilai dari segi ilmu hadis sangat lunak, karena berlawanan dengan kriteria jumhur ulama. Sementara daruquthni menyoroti sanad dalam arti rangkaian perawi Hadis, para ahli lain menyoroti pribadi perawinya. Dari kajian tentang sanad, Daruquthni mendapatkan adanya sanad yang terputus, karenanya Hadis itu dinilai daíf. Namun, setelah diteliti, ternyata hadis yang dituduhkan mursal itu terdapat dalam riwayat lain, sementara riwayat yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari tidak terputus. Pencantuman sanad yang mursal itu dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa hadis tersebut diriwayatkan pula oleh penulis Hadis lain dengan sanad yang lain juga. Periwayatan semacam ini dalam ilmu Hadis disebut syahid atau hadis muttabi’.

Sementara itu ada ahli Hadis lain yang menilai bahwa ada beberapa perawi dalam Sahih al-Bukhari yang tidak memenuhi syarat untuk diterima hadisnya. Dalam hal ini Ibn Hajar menegaskan bahwa itu tidak dapat diterima, kecuali apabila perawi-perawi itu terbukti jelas mempunyai sifat-sifat atau melakukan hal-hal yang menyebabkan hadisnya ditolak. Setelah diteliti, ternyata tidak ada satu perawi pun yang mempunyai sifat-sifat dan melakukan perbuatan seperti itu. Syekh Ahmad Syakir berkomentar, seluruh Hadis Imam al-Bukhari adalah sahih. Kritik Daruquthni dan lainnya hanya karena beberapa Hadis yang ada tidak memenuhi persyaratan mereka. Namun, apabila hadis-hadis itu dikembalikan kepada persyaratan ahli Hadis pada umumnya, semuanya sahih.

Kaum orientalis, seperti Ignaz Goldhizer, A.J.Wensik dan Maurice Bucaile, turut juga mengajukan kritik, yang kemudian dikenal dengan kritik matan (materi) Hadis. Menurut mereka, para ahli hadis terdahulu hanya mengkritik Hadis dari sanad atau perawi saja, sehingga banyak Hadis yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari yang dikemudian hari ternyata tidak sahih ditinjau dari segi sosial, politik, sains, dan lain-lain. Di antara Hadis yang dikritik itu adalah Hadis yang berasal dari al-Zuhri, bahwa Rasulullah bersabda,”tidak diperintahkan pergi kecuali menuju tiga masjid, yaitu Mesjid al-Haram, Mesjid al-Rasul, dan masjid al-Aqsha”. Hadis ini menurut Goldhizer adalah hadis palsu yang sengaja dibuat Al-Zuhri untuk kepentingan politik penguasa. Sedangkan hadis tentang “lalat masuk air minum”, “demam berasal dari neraka” dan “perkembangan embrio”dikritik Maurice Bucaille Karen isinya dinilai bertentangan dengan sains.

Ulama kontemporer, seperti Ahmad Amin dan Muhammad al-Ghazali, juga mengajukan kritik terhadap Hadis Bukhari. Ahmad Amin mengatakan, meskipun al-Bukhari tinggi reputasinya dan cermat pemikirannya, tetapi dia masih menetapkan Hadis-hadis yang tidak sahih ditinjau segi perkembangan zaman dan penemuan ilmiah, karena penelitiannya terbatas pada kriktik sanad saja. Di antara hadis yang dikritiknya adalah tentang”Seratus tahun lagi tidak ada orang yang masih hidup di atas bumi”. Dan “barang siapa makan tujuh kurma ajwah setiap hari, ia akan selamat dari racun maupun sihir pada hari itu sampai malam”.

Muhammad al-Ghazali menyatakan bahwa apabila suatu hadis bertentangan dengan sains atau sejarah yang sudah pasti, hadis itu harus ditolak meskipun ia terdapat dalam Sahih al-Bukhari, sebab menurutnya Imam al-Bukhari itu bukan seorang yang ma’sum (terbebas dari salah dan dosa). Seperti hadis tentang “Seandainya tidak ada Bani Israil , makanan dan daging itu tidak akan busuk”, adalah hadis daíf (tidak sahih) karena tidak sesuai dengan sains. Kata Muhammad al-Ghazali apa hubungan antara Bani israil dengan membusuknya daging? Membusuknya daging adalah masalah alami, tidak ada kaitannya dengan Bani israil.

Kritik-kritik dari kaum orientalis dan ulama kontemporer tersebut telah mendorong lahirnya pembela Imam al-Bukhari untuk menyanggah kritik-kritik tersebut. Di antara mereka adalah ahli hadis, Muhammad Mustafa ‘Azami dan Mustafa al-Sibaí. Sanggahan mereka terhadap kritik-kritik tersebut semakin manambah kualitas Sahih al-Bukhari.

Sebagai akhir dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa Imam al-Bukhari adalah seorang ulama yang telah berjasa menghimpun dan membukukan hadis-hadis Nabi yang sahih. Beliau sangat cermat dan teliti dalam upaya memurnikan hadis dari bercampurnya dengan fatwa sahabat dan tabiín serta pemalsuan hadis dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Orientisitas dan kesahihan kitab Sahih al-Bukhari disepakati jumhur ulama dan umat Islam dan menempati peringkat teratas setelah Alquran. Sementara mengenai peringkat Sahih al-Bukhari terhadap Sahih Muslim dan sebaliknya ada sedikit perbedaan. Sebagian besar ulama mengunggulkan Sahih al-Bukhari daripada Sahih Muslim, sedangkan sebagian kecil dari mereka kebalikannya, mengunggulkan Sahih Muslim daripada Sahih al-Bukhari.

Banyaknya kritik yang ditujukan kepada kitab Sahih al-Bukhari dari segi sanad maupun matan, justru semakin memantapkan kedudukan kitab tersebut pada posisi lebih terhormat dari itu, hal tersebut mendorong munculnya ulama hadis sesudah al-Bukhari untuk membuat syarah maupun ikhtisar kitab sahih itu, dan membuat jawaban yang lebih luas dan mendalam terhadap kritik-kritik tersebut.


E. Kitab-Kitab Syarahan Imam al-Bukhari

Melihat dari kehebatan dan kemasyhuran kitab Sahih al-Bukhari, para ulama sepanjang kurun baik salaf (generasi awal) dan khalaf (generasi belakangan) dari bernacam mazhab ramai menulis berbagai komentar (syarh), catatan (ta’liq); ringkasan (talkhis), dan berbagai macam penelitian terkait kitab tersebut, semisal mengenai para perawi (rijal) di dalamnya, karangan khusus mengenai para syaikh dan guru, kumpulan kata-kata asing, masalah-masalah gramatikal (nahwu-sharf), juga Mudtadrak (intisari-pilihan) atas kitabnya tersebut.

Namun untuk mengetahui dan mengumpulkan keseluruhan karya para ulama atas Sahih al-Bukhari, baik komentar dan lainnya sangat sulit. Allamah imam Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal al-Yamani menulis dalam kitabnya Al-Nafsu Al-Yamani’, bahwa salah satu gurunya yaitu Syaikh Allamah Al-Mutqin Umar bin Abdul Qadir al-Bulgar (Bulgaria sekarang) sempat singgah di rumahnya beberapa waktu (di Yaman) dan menceritakan bahwa ia pernah menemui seorang hakim di kota Balkh (Afganistan sekarang)mempunyai sekitar sebelas kitab syarh (komentar) atas Sahih al-Bukhari yang kesemuanya sama kualitasnya dengan fathul Bari karya Ibnu hajar al-ASqalani. Berikut daftar puluhan dari sekitar dua ratus jumlah keseluruhan kitab syuruh (komentar) Sahih al-Bukhari karya para ulama sepeninggal Imam-al-Bukhari beserta deskripsi singkatnya.

1. ‘Ilam al-Sunan karangan Imam Abi Sulaiman Ahmad atau dikatakan namanya adalah Hamdun bin Muhammad al-Busti (salah satu kota di Sijistan, Asia Tengah sekarang) yang terkenal dengan nama Imam al-Khitabi (w.308 H). Ditulis syarh ini, setelah ia menyelesaikan karya yang melambungkan namnaya yaitu Ma’alim al-Sunan

2. Syarh al-Muhallab, karangan Muhalab bin Abi Shafrah al-Azdi . Kitab ini tertulis pada kitab bibilografi karya ulama Islam sepanjang zaman, yaitu kasyf al-zhunun oleh Haji Khalifah (w. 1067 H) dimana penulis banyak menelisik berbagai karangan seputar sahih al-Bukhari lewat buku ini.

3. Al-Ajwibah ‘Ala al-Masa’il al-Mustaghribah min al-Bukhari oleh Ibnu Abdil bar al-Maliki (w.463 H0. Didalamnya juga terdapat gabungan kitab Ajwibah Muhallab dan Ajwibah Ibnu hazm atas Sahih al- Bukhari

4. Syarh al-siraj oleh Allamah Abu Zinad, namun tidak disebutkan oleh Haji Khalifah

5. Syarh Ibnu bathal oleh Imam Abi Hasan Ali Bin Khalaf bin Abdul malik al-maliki (w.449 H). Ibnu bathal cenderung menjadikan kitab syarh-nya ini untuk mewakili pendapat-pendapat mazhab Maliki

6. Syarh Ibnu al-tin berjudul Al-Munjid al-fashhih fi Syarh al-Bukhari al-sahih karangan Imam Abdul wahid bin al-Tin al safati (w.611 H). Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan, kitab ini sebagai salah satu sumber referensi penulisan kitabnya, Fathul bari

7. Syarh Ibnu Munir oleh Muhadits Umam nashirudin ali bin Muhammad bin Munir al-Iskandari (w. 690 H). Kitab ini sangat tebal hingga mencapai 10 jilid. Selain itu berisi catatan-catatan atas komentar lain yang dikarang oleh Ibnu Bathal

8. Syrah Sahih al-Bukhari oleh Qutubudin Abdul karim bin abdi al-Nur Ubni Masir al-Halabi al-Hanafi (w.486 H).

9. ‘Al-Talwih oleh Imam hafizh Ala’udin al-Mughlata’iy bin qalij al-Turki al-Mishri al-Hanafi (w.762 H)

10. Al-Kawakib al-Durari oleh Allamah Syamsudin Muhammad bin Yusuf bin Ali al-Kirmani (w.786 H)

11. Al-Luma’ al-Shabih oleh Allamah Syamsudin Abi Abdillah Muhammad bin Abdu Daim bin Musa al-Barmawi

12. Majma’al-Bahrain wa Jawahir al-Hibrain. Oleh Allamah Taqiyudin Yahya bin Muhammad bin Yusuf al-Kirmani (w. 833 H). Jumlah keseluruhan kitab ini adalah delapan jilid besar dan sangat bermanfaat hingga Ibnu Mulaqin, az-Zarkasyi, al-Dimyati, dan Ibnu Hajar al-Asqalani menjadikannya referensi utama buku-buku mereka.

13. Syawahid at-Taudhih karya Sirajudin Umar bin Ali bin Ahmad bin Mulaqin As-Syafi’I (w.804 H)

14. Fathul Bari oleh Syaikh Abi al-Fadhil Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (773-852 H). Kitab ini adalah kitab komentar atas Sahih al-Bukhari yang paling masyhur dan paling banyak digunakan di dunia muslim. Para ulama hadis menyanjung kitab ini dengan ungkapan, “La hijrata ba’da al-Fath”. Maksudnya adalah tidak ada lagi kitab komentar Sahih al-BUkhari setelah Fathul Bari”dalam hal keunggulan pada berbagai sisinya.

15. Al-Kawakib al-Bari fi Syarhi al-Jami ash-Shahih lil al-Bukhari. Kitab ini dikarang oleh Syaikh Abi al-Hasan Ali bin al-Husain bin Urwah al-Musoli al-Hanbali (w. 837 H). Sangat kaya akan materi dan sering dijadikan rujukan oleh para ulama di daerah benua India.

16. Hadyu al-Syari’ ála Muqadimah Fathul Bari . Oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dimana para ulama hadis mengatakan jika kita ingin memahami isi dari kitab sahih al-Bukhari, maka diharuskan terlebih dahulu membaca kitab ini, yang mana kitab ini berisi sepuluh bab.

17. Al-‘ilam biman dzakara fi al-Bukhari min Al-álam. Juga dikarang oleh Ibnu Hajar al-Asqalani . Dalam buku ini Ibnu Hajar menyebutkan perawi yang tidak ia cantumkan dalam kitab biografi para perawinya yang lain yaitu, Tahdzib al-Kamal.

18. Tagh liq al-Ta’liq, juga oleh Ibnu Hajar al-Asqalani. Berisikan pembahasan seputar masalah riwayat-riwayat muállaq yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari. Kitab ini dicetak oleh maktab al-Islami –Jeddah, Saudi Arabia

19. Intiqadh al-‘ Itiradh. Ibnu Hajar al-Asqalani mengarangnya saat ia akan menyempurnakan kitabnya, Fath al-Bari. Kitab penyempurna itu pun kemudian selesai dan segera diminta oleh para ulama dan banyak penguasa atau khilafah ketika itu. Namun dating beberapa kritik dari para ulama lain termasuk dari Imam Badrudin al-‘Ainiy. Akhirnya Ibnu Hajar menulis jawaban dari kritik tersebut dan kumpulan dari jawaban-jawaban tersebut adalah isi dari buku ini.

20. Tajrid at-Tafsir. Karangan Ibnu Hajar yang satu ini berisikan kumpulan tema-tema seputar masalah tafsir yang ada dalam Sahih al-Bukhari.

21. Umdah al-Qari’. Dikarang oleh Allamah Badrudin Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad bin Musa alÁini al-Hanafi (w. 855 H). Bukunya ini ia selesaikan pada tahun 821 H ketika beliau mengunjungi Mesir.

22. Al-Tanqih li-Alfazh al-Jami ash-Shahih. Karangan ringkas ini disusun oleh Syaikh badrudin Muhammad nin Bahadur bin Abdullah az-zarkasyi asy-Syafi’I (w. 794 H). Manuskipnya disimpan di perpustakaan Ayu Sophia, Istanbul Tuki.

23. At-Tausyih ála Al-Jami’ash-Shahih. Karangan Imam Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar as-Suyuti (w. 911 H). Ulama yang juga banyak mengaran kitab hadis.

24. Syarh Sahih al-Bukhari oleh Imam an-Nawawi (w.676 H). Keberadaan kitab ini disebutkan oleh Imam an-Nawawi sendiri dalam pengantar (Muqaddimah Syarh Shahih Muslim-nya). Namun, sayangnya ia tidak selesai menulisnya.

25. Turjuman al-Tarajum. Dikarang oleh abi Abdillah Muhammad bin Amru bin Muhammad bin Rasyid as-Sabti (w.722 H). namun Ibnu hajar al-Asqalani memberitahukan bahwa kitab ini ditulis hanya sampai pada bab puasa saja

26. Hillu Aghradh al-Bukhari al-Mubhamah fi al-Jami’baina al-Hadits wa alt-Tarjamah. Kitab ini adalah karya Al-faqih Abi Abdillah Muhammad bin manshur bin Hamamah bin al-Maghrawi as-Sajlamasi.

27. Irsyad al-Syari. Oleh Syihabudin Ahmad bin Muhammad al-Khatib al-Qastalani al-Mishri, pengarang kitab terkenal lain yaitu al-Mawahib al-laduniyah (w. 923 H)

28. Fidh al-Bari fi Syarhi Gharib Shahih al-Bukhari . Oleh Allamah Abdurrahim bin Abdurrahman al-Abbasi (w.963 H). Merupakan kitab yang berisikan penjelasan kata-kata asing atau jarang dipakai oleh khalayak umum yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari.

29. Hillu Sahih al-Bukhari. Oleh Allamah syaikh Hasan al-Adawi al-Hamzawi al-Maliki (w. 1303 H). Adalah kitab yang sangat bermanfaat sekali karena berisikan penjelasan mengenai masalah-masalah yang ada dalam Shahih al-Bukhari. Dan yang terpenting adalah mengenai komparasi riwayat-riwayat Shahih al-Bukhari dengan kitab-kitab hadis yang lain dimana penulis menuliskannya satu per satu

30. An-Nihayah fi al-Badí al-Khair wa al-Ghayah. Oleh Abdullah bin Saád bin Abi Hamzah al-Azdi (w.675 H). Adalah kitab yang berisikan ringkasan dari hadis-hadis Sahih al-Bukhari.

31. At-Tajrid al-Sharikh li al-Ahadis al-Jami’ ‘ash-Shahih. Oleh zainudin Abi al-Abbas Ahmad bin Ahmad bin Abdul latif as-Syarij az-Zabidi (w. 893 H). Merupakan kitab ringkasan atas Sahih al-Bukhari yang lain dan paling terkenal dan sering dijadikan pegangan oleh banyak murid-murid madrasah perguruan Islam di seluruh dunia Muslim.

32. Ar-Riyadh al-Mustathabah fi Jumlah man Shahihain min al-Shahabah. Oleh Imam Imadudin Yahya bin Abi bakar al-Amiri al-Yamani (w.893 H). Berisikan nama serta jumlah para sahabat yang meriwayatkan hadis dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim

33. Asma’Rijal Sahih al-Bukhari. Oleh Imam Abi Nashr Ahmad bin Muhammad bin al-Husain al-Kalabadzi (w. 398 H). Kitab ini telah dicetak dan berisikan nama-nama perawi dalam Shahih al-Bukhari beserta biografi mereka. Sangat bermanfaat sekali.

34. Kitab at-Ta’dil wa at-Tarjih li-Rijal al-Bukhari. Oleh Qadhi abi al-walid sulaiman bin Khalaf al-baji (w.484 H). Ulasan mengenai para perawi dalam shahih al-Bukhari dari sisi diterima (Ta’dil) dan tidaknya (Tarjih) riwayat mereka. Haji Khalifah dalam Kasyf az-Zhunun tidak menyebutkan secara detail isi kitab ini.

35. Al-Manhal al-Jari. Kitab ini ditulis oleh Syaikh Qutubudin Muhammad bin al-Hudhairi al-Dimasqi al-Asy-Syafi’i(w.893 H). Bersikan mengenai soal-jawab masalah-masalah yang ada dalam Shahih al-Bukhari . karangan lain terkait dengan tema ini adalah Raf’ual-Iltibas oleh allamah Abi Tib Muhammad bin Syamsul Haq al-Azhim Abadi (w.1329 H), dimana beliau juga mengarang Ghayah al-Maqsud Syarah Sunan Abi Dawud. Kitab Raf’u al-Iltibas dicetak pertama kali di Delhi-India.

36. Ghayah al-Maram fi Rijal al-Bukhari (ila Sayyidu al-Anam). Oleh Syaikh Muhammad bin Dawud bin Muhammad al-Bazili al-Kurdi al-Hamwi al-Asy-Syafi’I (w.920 H). Selain itu, kitab ini berisikan mengenai ulasan para perawi dalam Sahih al-Bukhari dengan analisa masing-masing perawi hingga Nabi dan disusun sesuai dengan urutan huruf Hijaiyah.

37. Kasyf al-Musykil Hadits Shahihain. Oleh Abi Fajr Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Ibnul Jauzi (w.598 H). Kitab ini diselesaikan oleh Ibnul Jauzi tahun 576 H dan berisikan hadis-hadis yang terlihat bermasalah namun ternyata al-Jauzi justru mengulas hadis-hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang terkumpul dalam Sahih al-Bukhari.

38. Athraf as-Shahihain. Kitab Athraf adalah salah satu macam dari kitab hadis yang muncul dengan cirri khas riwayat yang ada disusun sesuai dengan huruf awal matan hadis tersebut, kemudian disusun sesuai dengan urutan huruf Hijaiyah. Banyak ulama sudah menyusun indeks pada banyak kitab hadis yang ada. Contoh kitab athraf yang mengumpulkan hadis-hadis dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, diantaranya:

· Athraf as-Shahihain karangan Syaikh al-Hafizh Imam Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad bin Ubaid al-Dimasqi (w.400 H)

· Athraf as-Shahihain oleh Abu Muhammad Khalaf bin Muhammad Ali bin Hamdun al-Wasithi (w. 401H). Ibnu ‘Asakir menilai bahwa karangan Imam Khalaf ini adalah karangan yang paling baik susunannya dan paling sedikit kesalahan di dalamnya.

· Athraf as-Shahihain oleh Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah al-Ashfahani (w.517 H)

· Dan Athraf as-Shahihain karangan Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 852 H) yang dicetak dan tersebar hingga sekarang.

39. Al-Jam’u baina as-shahihain. Oleh Abi Muhammad Abdul Haq bin Abdurrahman al-Azdi al-Isybili bin al-Kharat (w. 582 H). sebuah kitab yang mencoba mengumpulkan riwayat-riwayat yang ada dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim sesuai dengan tema yang berkaitan dan senada dalam kedua kitab tersebut.

Demikianlah sejumlah ulama telah menulis kitab-kitab syarah terhadap kitab-kitab hadis standard, termasuk kitab syarah terhadap Shahih al-Bukhari. Al’Azami menyebutkan bahwa ratusan kitab syarah telah di tulis, bahkan di antaranya ada yang mencapai lebih dari 25 jilid.

Diantara kitab syarah dari Shahih al-Bukhari di atas, maka yang terbaik menurut ‘Azami adalah:

1. Kitab Fath al-Bariy fi Syarh Shahih al- Bukhari oleh Ibn Hajar al-Asqalani (773-852H). Kitab ini terdiri atas 13 jilid ditambah satu jilid Muqaddimahnya

2. Kitab ‘Úmdat al-Qari, oleh Badr al-Din Mahmud ibn Ahmad ibn Musa al-Qahiri al-‘Aini al-Hanafiy (762-855H)

3. Kitab Irsyad al-Sair, oleh Qasthallaniy (w.923H)


DAFTAR PUSTAKA
  • Abu Syahbah, Muhammad Fi Rihab as-Sunnah.1995.Cairo: Silsilah Buhuts al-Islamiyah
  • Abu Zahw, Muhammad. al Hadis wa al-Muhaddisun aw”Inayat al-Ummat al-Islamiyyah bi al- Sunnah al-Nabawiyyah .t.t.Mesir: Dar al-Fikr al Araby
  • Abu Syuhbah,Muhammad Al-Kutub al-Sittah, 1969.Kairo: Majmu’al-Buhuts al-Islamiyyah
  • Adib Shalih, Muhammad. Lamhat fi Ushul al-Hadis, 1399 H.Beirut: Al-Maktab al-Islami
  • Al-Asqalani , Ibnu Hajar .Muqaddimah Fath Al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari.1424/2004 M.Cairo: Dar al-Hadis
  • Al-‘Asqalani, Haafidz Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Fathu al-bāri Bisyarhi Shahihi al-Bukhari/ Keterangan/Penjelasan Tentang Shahih Al-Bukhari, 1420 H/2000 M Bab I, Libanon, Beirut: Daarul Fikri
  • Al-Asqalani, Ibnu Hajar .Hady al-Sari.tt.Riyad: Riasah Idarah al-Buhuts al-Islamiyah wa al-Ifta wa al-Irsyad,
  • Al-Shalih, Subhi. Ulum-al-Hadis wa Musthalahuh.1998.Beirut: Daral Ilmi li-al-
  • Malayin, Al-Syuthi, Tadrib al-Rawi .1392 H.Madinah: Al-Maktabah al-Ilmiyyah
  • Az-Zahrani Muhammad, Ensiklopedia Kitab-Kitab Rujukan Hadis,2011.Jakarta: Darul Haqq
  • Az-Zubaidi, Zainuddin Ahmad Terjemahan Hadis Sahih Bukhari dari Kitab at-Tajrid ash-Sharih , 1986. Muhammad Zuhri,  Jilid I, Semarang: Toha Putera
  • Kurniawan,et.al, Chandra (eds), Shahih Bukhari Muslim, Penerjemah: Al-Bayan,Cet I 2008.Bandung: Jabal, 
  • Mustafa Azami, Muhammad. Metodologi Kritik Hadis, 1992.Terj. A.Yamin .Jakarta:Pustaka Hidayah
  • Maurice Bucaille, Bible Qur’an dan Sains Modern 1979, terj: H.M Rasyidi .Jakarta:Bulan Bintang
  • Rahmanto, Mukhlis .Biografi Intelektual Imam al-Bukhari,2011.Jakarta: Pustaka al-Kautsar
  • Yuslem, Nawir .9 Kitab Induk Hadis.2011.Jakarta:Hijri Pustaka Utama


Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.
Print PDF
Previous
Next Post »
Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved